08 Mei 2009

Sin Jangan Menangis...

Taukah sin, tiap bulir airmata yang sin teteskan, berubah menjadi ribuan jarum kecil yang menusuk hatiku.
Perih...
Lebih perih lagi saat aku ternyata tak bisa melakukan apapun untuk menenangkan sin.
Ingin aku bisa mengusap air mata sin, merengkuh sin dalam dadaku, membisikkan di telinga sin--semua akan baik-baik saja.
Kenyataannya, bahkan sepatah katapun tak mampu kuucapkan.
Aku benci diriku sendiri.
Aku benci saat sin menangis.
Berikan pemandangan paling menyeramkan, aku akan memilih menghadapinya ketimbang harus melihat air mata sin menetes.

Sin, jika aku memarahi sin, itu adalah bentuk perhatianku pada sin.
Jika aku mengajak sin berdebat suatu hal, itu adalah caraku untuk memahami pola pikir sin.
Jika aku seolah tak peduli, membiarkan sin sendiri, karena aku tak ingin egois merampas waktu dan hidup sin.
Sin masih kecil (jangan marah...), masih banyak yang harus dikejar, masih banyak kesempatan yang mesti diraih.
Aku tak butuh banyak dari sin. Mengetahui sin mencintaiku itu udah cukup berarti untukku.
Mendengar tawa sin di seberang telpon itu adalah kebahagiaan yang tak terkira untukku.
Bisa menatap mata indahnya sin..................itu kita pikirkan nanti.

Jangan menangis lagi, aku sayang sin, lebih dari yang sin tau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar